السلام عليكم Ùˆ رØمة الله Ùˆ بركاته
بسم الله Ùˆ الØمد لله
اللهم صل Ùˆ سلم على سيدنا Ù…Øمد Ùˆ على أله
Ùˆ صØبه أجمعين
Salam Sahabat Hanapi Bani
Tetapi di kemudian hari, saya teringat kisah Imam Syafi'i. Berbeda dengan saya, yang menulis sebagai ambisi. Imam Syafi'i menjadikan tulisannya sebagai sebuah pembuktian cinta. Cinta yang memiliki akar kuat berupa ketulusan. Ya, beliau adalah seorang penulis yang hidup pada zaman teknologi sangat jauh belum berkembang pesat seperti sekarang. Zaman dimana facebook, blogspot, tumblr dan berbagai media sosial tidak ada. Bahkan penerbitan buku sulit untuk ditemukan keberadaannya.
Maka, mungkin bila saya yang hidup di zaman itu, sepertinya tidak akan memiliki semangat untuk menulis. Untuk apa? Toh saya tidak akan tenar dan mendapatkan banyak jempol, apalagi mendapatkan uang dari buku yang saya buat. Karena penerbitan buku saja belum tentu ada. Tetapi berbeda dengan Imam Syafi'i, beliau tidak menjadikan menulis sebagai ambisi, namun sebagai cinta. Meskipun tidak ada media sosial yang memfasilitasi, meskipun buku yang beliau buat sendiri tanpa penerbit tidak akan menghasilkan uang yang berlimpah.
Buku merupakan pewaris nilai, entah itu nilai positif atau negatif. Hal tersebut merupakan pilihan. Betapa besarnya dampak dari sebuah kata. Karena sesungguhnya kata dapat merubah jiwa, dan didalam perubahan jiwa niscaya terdapat perubahan dunia. Jika suatu suatu kata yang mewariskan nilai positif diibaratkan sebagai pelita, maka pelita itu akan tetap bersinar, tidak hanya didunia, namun kelak di alam keabadian.
Jika kata adalah sepotong hati, seperti kata Abul hasan 'Ali An Nadwi, maka semoga tulisan adalah cinderajiwa. bagi mukmin sejati, ia adalah sekelumit manikam yang diuntai dari ketulusan terdalam. Ia adalah huruf-huruf yang mengenalkan makna dari prasasti nurani penulisnya. maka sucilah tulisan sebagaimana suci jiwa yang menuangkan inspirasinya. Maka abadilah tulisan, sebagaimana abadinya niat suci penulisnya. Meski, mereka masih manusia. Ada salah ada lupa.
Menulis adalah bentuk cinta
Manusia itu fana, maka kematian adalah keniscayaan
Ketika kita mati, maka yang dirangkai dengan niat penuh cinta akan tetap hidup.
Akan bersemayam di alam semesta sebagai pelita yang menerangi angkasa.
18 Mei 2017 pukul 09:22 AM.
Memberi manfa'at baik di dunia maupun di akhirat.
Untuk mendapatkan pemberitahuan langsung mengenai artikel terbaru di facebook dari website ini silakan klik suka pada halaman kami HANAPI BANI
atau gabung Group kami;
Youtube ;(Klik DISINI)
WA 1 ; (Klik DISINI)
WA 2 ; (Klik DISINI)
WA 3 ; (Klik DISINI)
WA 4 ; (Klik DISINI)
WA 5 ; (Klik DISINI)
WA 6 ; (Klik DISINI)
WA 7 ; (Klik DISINI)
WA 8 ; (Klik DISINI)
WA 9 ; (Klik DISINI)
WA 10 ; (Klik DISINI)
WA 11 ; (Klik DISINI)
WA 12 ; (Klik DISINI)
WA 13 ; (Klik DISINI)
WA 14 ; (Klik DISINI)
WA 15 ; (Klik DISINI)
WA 16 ; (Klik DISINI)
Pengumuman WA #1 ;(Klik DISINI)
Pengumuman WA #2 ;(Klik DISINI)
Telegram ; (Klik DISINI)
Bip ; (Klik DISINI)
Halaman FB (Klik DISINI)