Charles Robert Darwin adalah seseorang yang berkebangsaan Inggris yang dikenal luas sebagai pencetus Teori Darwin. Teori kontroversial itu berpendapat bahwa manusia berasal dari Kera. Nenek moyang manusia adalah kera yang berevolusi menjadi manusia modern seperti sekarang ini. Dikatakan pula bahwa semua makhluk itu berasal dari nenek moyang yang sama. Intinya, teori ini menyebutkan bahwa nenek moyang manusia adalah kera. Teori yang dikembangkan oleh Charles Darwin ini berdasarkan atas penemuan-penemuan tulang belulang hewan dan manusia purba termasuk kera purba. Kera tersebut secara bertahap disebutkan mengalami ‘perbaikan biologis’ selama jutaan tahun sehingga menjadi manusia.
Pertanyaannya, benarkah apa yang dikemukakan dalam teori Darwin tersebut yang mengatakan manusia berasal dari kera? Salah seorang ulama ahlussunnah wal jamaah dari Hadhramaut Yaman, Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, menjawab permasalahan teori Darwin ini menurut sudut pandang ajaran agama Islam. Lalu, bagaimanakah pandangan beliau terkait teori Darwin ini, mari kita simak jawaban dan penjelasan langsung dari Habib Umar bin Hafidz beikut ini.
Jawaban Habib Umar bin Hafidz Tentang Teori Darwin
Jika kita ingin memberitahukan informasi tentang permulaan penciptaan, tentang pembentukan alam, dan tentang tempat kembali, maka datangkanlah berita tersebut dari sumbernya. Adapun seseorang yang tidak menyaksikan dan tidak tahu menahu kemudian berfilsafat dan berkomentar dan setelah itu ingin mendikte kita mencampuradukan antara binatang ternak, hewan dan manusia lalu berkata, “Manusia itu berasal dari kera”.
Hah… Saya ingin bertanya kepada anda (yang mengatakan manusia berasal dari kera), tahun berapa anda melihat seekor kera bisa berubah menjadi manusia? Baik, pastikan kepada kami pada tarikh tahun berapa kera bisa berubah?. Banyak kera di sekitar kami di sini tidak ada satupun yang kami lihat ada yang berubah, lalu kera macam apa ini yang bisa berubah? Muncul pemikiran semacam ini kemudian mereka sebarkan.
Pernah dikisahkan ada seseorang yang tinggal di Aden, Yaman, yang terpengaruh dengan pemikiran ini lalu orang tersebut berkata, “Ia berevolusi menjadi manusia, dulunya adalah kera”.
Pertanyaannya, benarkah apa yang dikemukakan dalam teori Darwin tersebut yang mengatakan manusia berasal dari kera? Salah seorang ulama ahlussunnah wal jamaah dari Hadhramaut Yaman, Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, menjawab permasalahan teori Darwin ini menurut sudut pandang ajaran agama Islam. Lalu, bagaimanakah pandangan beliau terkait teori Darwin ini, mari kita simak jawaban dan penjelasan langsung dari Habib Umar bin Hafidz beikut ini.
Jawaban Habib Umar bin Hafidz Tentang Teori Darwin
Jika kita ingin memberitahukan informasi tentang permulaan penciptaan, tentang pembentukan alam, dan tentang tempat kembali, maka datangkanlah berita tersebut dari sumbernya. Adapun seseorang yang tidak menyaksikan dan tidak tahu menahu kemudian berfilsafat dan berkomentar dan setelah itu ingin mendikte kita mencampuradukan antara binatang ternak, hewan dan manusia lalu berkata, “Manusia itu berasal dari kera”.
Hah… Saya ingin bertanya kepada anda (yang mengatakan manusia berasal dari kera), tahun berapa anda melihat seekor kera bisa berubah menjadi manusia? Baik, pastikan kepada kami pada tarikh tahun berapa kera bisa berubah?. Banyak kera di sekitar kami di sini tidak ada satupun yang kami lihat ada yang berubah, lalu kera macam apa ini yang bisa berubah? Muncul pemikiran semacam ini kemudian mereka sebarkan.
Pernah dikisahkan ada seseorang yang tinggal di Aden, Yaman, yang terpengaruh dengan pemikiran ini lalu orang tersebut berkata, “Ia berevolusi menjadi manusia, dulunya adalah kera”.
Maka diadukanlah ia kepada seorang ulama di sana dan dikatakan, “Ada teman kami ia orang yang baik, kasihan tidak tahu apa yang membuatnya bisa terpengaruh oleh pemikiran Darwin. Sekarang ia berbicara dengan pendapat tersebut”.
Sang ulama berkata, “Biarkan saja dulu. Bukankah kita ada rencana keluar santai bersama di hari X..?”
Dijawab, “Benar”.
Sang ulama berkata lagi, “Kalau begitu kita akan lewat di depan rumahnya dan Saya akan memanggilnya. Kalian jangan memanggilnya”.
Ketika mereka sampai di depan rumah orang yang telah terpengaruh Darwinisme, Sang ulama ini memanggilnya, “Hai monyet… hai anak monyet..!!!”.
Ia (yang terpengaruh Darwinisme) pun geram, “Hmmmm…”.
“Hai anak monyet…!!!”, sang ulama memanggil kembali.
Ia (yang terpengaruh Darwinisme) keluar, “Apa-apaan ini menjelek-jelekan Saya..!. Hah… ente hai orang alim yang berkata tadi”.
Sang ulama menjawab, “Saya tidak berkata demikian, tetapi anda yang berkata demikian”.
Ia (yang terpengaruh Darwinisme) heran dan menggerutu, “Hah..”
Si alim kembali melanjutkan perkataannya, “Bagaimana pendapat anda tentang asal muasal manusia? Kenapa Anda marah? Sudahlah… Kami akan memanggil Anda monyet, hei anak monyet…. Jika Anda tidak ingin (dipanggil monyet), maka kembalilah (berlepaslah) dari pemikiran itu”.
“Baiklah, Saya tidak akan lagi mengatakan demikian”, setuju orang yang tersebut.
Sang ulama membalas, “Kami pun tidak akan memanggilmu demikian kalau begitu. Ayo kita keluar bersama-sama”.
Lihatlah orang yang terpengaruh teori Darwin ini ternyata tidak bisa menerimanya dengan sifat fitrahnya, kekeliruan saja yang ada pada pikirannya, tetapi tetap tidak bisa diterima oleh sifat fitrahnya.
Pada asalnya yang menciptakan manusia bukan Darwin. Seseorang tahu anda dengan melihat kepada orang-orang seperti anda. Dulu anda adalah mani, darah, atau segumpal daging. Tatkala kita runtut ke atas, anda itu belum ada bahkan ibu dan ayah anda pun belum ada. Lalu anda ingin menyebutkan manusia pertama? Manusia pertama itu namanya Adam ‘Alaihis Salam, Allah yang menamakannya, Dia yang menciptakannya dan Dia yang mengabarkan tentangnya. Dia yang mengabarkan kita tentangnya. Darimana anda mendatangkan berita semacam ini (manusia berasal dari kera)? Sementara kami mendapatkan kabar dari orang-orang pilihan yang paling benar ucapannya diantara kami, yang diutus oleh Allah Sang Pencipta dan Dia turunkan wahyu ini. Dia lah yang telah menciptakan anda begini dan begitu dan mereka memiliki mukjizat atas itu. Tapi anda, darimana anda mendapatkan ucapan itu? Anda ingin bermain-main dengan otak dan akal anda, lalu anda ingin memberikannya kepada kami, mau menjadi tuhan atas kami? Anda itu seseorang seperti kami, anda tidak kenal diri anda sendiri dan saudara-saudara anda. Mari sini kita mengenal diri kita melalui Dzat yang telah menciptakan diri kita yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sang ulama berkata, “Biarkan saja dulu. Bukankah kita ada rencana keluar santai bersama di hari X..?”
Dijawab, “Benar”.
Sang ulama berkata lagi, “Kalau begitu kita akan lewat di depan rumahnya dan Saya akan memanggilnya. Kalian jangan memanggilnya”.
Ketika mereka sampai di depan rumah orang yang telah terpengaruh Darwinisme, Sang ulama ini memanggilnya, “Hai monyet… hai anak monyet..!!!”.
Ia (yang terpengaruh Darwinisme) pun geram, “Hmmmm…”.
“Hai anak monyet…!!!”, sang ulama memanggil kembali.
Ia (yang terpengaruh Darwinisme) keluar, “Apa-apaan ini menjelek-jelekan Saya..!. Hah… ente hai orang alim yang berkata tadi”.
Sang ulama menjawab, “Saya tidak berkata demikian, tetapi anda yang berkata demikian”.
Ia (yang terpengaruh Darwinisme) heran dan menggerutu, “Hah..”
Si alim kembali melanjutkan perkataannya, “Bagaimana pendapat anda tentang asal muasal manusia? Kenapa Anda marah? Sudahlah… Kami akan memanggil Anda monyet, hei anak monyet…. Jika Anda tidak ingin (dipanggil monyet), maka kembalilah (berlepaslah) dari pemikiran itu”.
“Baiklah, Saya tidak akan lagi mengatakan demikian”, setuju orang yang tersebut.
Sang ulama membalas, “Kami pun tidak akan memanggilmu demikian kalau begitu. Ayo kita keluar bersama-sama”.
Lihatlah orang yang terpengaruh teori Darwin ini ternyata tidak bisa menerimanya dengan sifat fitrahnya, kekeliruan saja yang ada pada pikirannya, tetapi tetap tidak bisa diterima oleh sifat fitrahnya.
Pada asalnya yang menciptakan manusia bukan Darwin. Seseorang tahu anda dengan melihat kepada orang-orang seperti anda. Dulu anda adalah mani, darah, atau segumpal daging. Tatkala kita runtut ke atas, anda itu belum ada bahkan ibu dan ayah anda pun belum ada. Lalu anda ingin menyebutkan manusia pertama? Manusia pertama itu namanya Adam ‘Alaihis Salam, Allah yang menamakannya, Dia yang menciptakannya dan Dia yang mengabarkan tentangnya. Dia yang mengabarkan kita tentangnya. Darimana anda mendatangkan berita semacam ini (manusia berasal dari kera)? Sementara kami mendapatkan kabar dari orang-orang pilihan yang paling benar ucapannya diantara kami, yang diutus oleh Allah Sang Pencipta dan Dia turunkan wahyu ini. Dia lah yang telah menciptakan anda begini dan begitu dan mereka memiliki mukjizat atas itu. Tapi anda, darimana anda mendapatkan ucapan itu? Anda ingin bermain-main dengan otak dan akal anda, lalu anda ingin memberikannya kepada kami, mau menjadi tuhan atas kami? Anda itu seseorang seperti kami, anda tidak kenal diri anda sendiri dan saudara-saudara anda. Mari sini kita mengenal diri kita melalui Dzat yang telah menciptakan diri kita yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.