Sebagai manusia biasa, tentulah kita pernah berbuat salah. Dan kewajiban kita sebagai muslim, adalah saling menasihati diantara kita. Nabi SAW. bersabda:
الدين النصيحة
“Agama itu adalah nasihat”
“Agama itu adalah nasihat”
Namun, terkadang orang terlalu berharap nasihatnya akan langsung diandel dan diamalkan oleh orang yang ia nasihati. Padahal, penasihat juga memiliki tata cara dan adab-adabnya, agar nasihatnya menjadi lembut, namun langsung menuju titik inti permasalahannya. Bagaimana sih, adab-adab menasihati? Check it out!
1. IKHLAS. Yang ini, adalah syarat terpenting. Allah berfirman
(وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ) [سورة البينة : 5]
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS Al-Bayyinah: 5)
Jadi, apapun amalnya, ikhlaslah kuncinya. Kalau dimasukkan dalam konteks nasihat, maka jadinya, kita menasihati orang dalam kebaikan lillahi ta’aala, untuk memperbaiki keadaan, bukan untuk meraih pujian dan popularitas di kalangan manusia. Jelas kan?
2. Menasihati Secara Rahasia.
Dan diantara hal yang membuat orang lebih mudah dalam menyerap nasihat adalah menasihatinya secara rahasia, dengan kata lain, empat mata. Kenapa? Karena dengan menasihati secara rahasia, kita belajar untuk ikhlas dalam menasihati. Kita tidak harus dilihat orang untuk mengoreksi orang lain dari kesalahannya. Dan, agar menjaga nama baik serta martabat orang yang akan kita nasihati. Imam Ahmad rahimahullah menasihati Khalifah Abbasiyyah, Al Mu’tashim Billah, secara empat mata. Dan tindakan menasihati orang di depan umum tentu sangat dibenci. Imam Syafi’i pernah bersyair tentang hal tersebut. Beliau sangat membenci nasihat dihadapan umum:
تعمدني بنصحك في انفراد * و جنبني النصيحة أمام الجماعة
فإن النصح بين الناس نوع * من التوبيخ ﻻ أرضى استماعه
تعمدني بنصحك في انفراد * و جنبني النصيحة أمام الجماعة
فإن النصح بين الناس نوع * من التوبيخ ﻻ أرضى استماعه
“Kau membuatku menasihatimu empat mata, dan jauhkan aku dari nasihat di depan umum, karena nasihat di hadapan umum adalah penghinaan yang aku tak rela mendengarnya”
3. Mengetahui Keadaan Orang Yang Dinasihati
Merupakan suatu kewajiban bagi kita untuk mengetahui keadaan orang yang akan kita nasihati, agar kita tidak salah tembak dalam menasihati orang tersebut.
4. Menasihati Dengan Hikmah
Nah yang ini, orang sering sekali lupa. Nabi SAW. adalah orang yang selalu menggunakan hikmah dalam menasihati orang lain. Diantara cara menasihati dengan hikmah adalah dengan pujian. Karena dengan pujian, orang akan lebih nurut dan lebih mau mendengar nasihat kita. Contoh, ketika Nabi SAW. menasihati Umar ibn Khattab RA. ketika berdesak-desakan dengan orang-orang di Hajar Aswad. Nabi tak langsung menegur Umar begitu saja. Beliau memulai dengan memuji Umar radhiyallahu ‘anhu:
يا عمر، إنك رجل قوي…
“Wahai Umar, sesungguhnya engkau adalah orang yang kuat”
“Wahai Umar, sesungguhnya engkau adalah orang yang kuat”
Setelah itu, barulah Rasul menasihati Umar RA:
فﻻ تزاحمن عند الحجر
“Maka janganlah engkau berdesakan di Hajar (Aswad)”
“Maka janganlah engkau berdesakan di Hajar (Aswad)”
5. MENGAMALKAN NASIHAT. Ini penting. Allah akan sangat marah apabila kita tak mampu mengamalkan apa yang kita nasihatkan pada orang lain. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُون (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُون (3)َ
َ
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (As Saff: 2-3)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُون (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُون (3)َ
َ
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (As Saff: 2-3)
Perkataan Nabi Syu’aib yang Allah kutip dalam Al Qur’an:
ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْه
“…dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang.” (Hud: 88)
Demikian, semoga dengan nasihat dari manusia yang tiada sempurna ini membantu kita untuk lebih bersemangat dalam menasihati sesama muslim. Ane tutup postingan ini dengan perkataan Nabi Syu’aib ‘alaihissalam:
ۚ
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
ۚ
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“…aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.”(QS Hud: 88)