Belajar Jahit Otodidak, Selesaikan Pakaian Presiden dalam Lima Hari
Warga Banua bangga ketika menyaksikan Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat khas Banjar dan tenun pagatan di Hari Kemerdekaan. Inilah cerita penjahitnya.
Masih jelas di ingatan Kamalhudi (61), sore saat dia didatangi seorang utusan asal Kabupaten Tanah Bumbu. Saat itu, ia tengah asyik mengukur dan memotong kain di tempatnya bekerja, di Istana Busana Mawar, KM 4 Banjarmasin. itu tepat sepuluh hari sebelum perayaan kemerdekaan di istana negara.
Awalnya, Kamal sempat mengira sang utusan seperti pelanggan biasanya. Namun, ketika tahu bahwa lelaki itu meminta dibuatkan kostum adat Banjar lengkap, dia mulai menaruh perhatian. Dia kemudian menanyakan pemakainya dan dijawab: Presiden RI ke-7 Joko Widodo.
Kamalhudi tak bisa berkata apa-apa. Bahkan saat lelaki itu mengatakan pakaian adat itu akan dipakai di perayaan HUT RI di istana negara.
Sepintas, pikirannya melayang ke mana-mana. Kamalhudi merasa cemas. Meski telah puluhan tahun menjadi penjahit, tetapi dia merasa mengemban tugas yang cukup besar.Cemas, bahagia dan banggga, bercampur jadi satu.
"Siapa yang tidak senang ketika karya kita dipakai oleh seorang Kepala Negara. Apalagi, kostum yang dipakai merupakan kostum adat khas Banjar," ujarnya kepada Radar Banjarmasin, Jumat (18/8) pagi, di toko tempat ia bekerja.
Kamal menuturkan, proses pembuatan kostum diselesaikan dalam waktu lima hari. Selama lima hari, lelaki berkacamata ini mencurahkan segala kemampuan serta waktunya. Beruntung, sang utusan yang datang dan memesankan kostum cukup detil menjelaskan bagaimana kostum yang harus ia buat, lengkap dengan ukurannya.
"Saya benar-benar paham kostum seperti apa yang diminta. Alhamdulillah tak menemukan kesulitan sama sekali. Padahal biasanya, untuk membuat kostum adat khas Banjar lengkap dengan laung, baju lapis, sabuk, hingga pernak-pernik lainnya, bisa memakan waktu sampai sepuluh hari," jelasnya seraya tersenyum.
Menjahit, bukanlah hal yang baru digeluti Kamal. Darah penjahit, diturunkan dari sang ayah. Meski begitu, Kamal belajar menjahit secara otodidak. Dia juga pernah menjadi penjahit keliling pada tahun 1975. Dia melanglang ke berbagai daerah seperti Samarinda, Jakarta, hingga akhirnya kembali ke Banjarmasin.
"Dalam hal menjahit, saya banyak melihat dari ayah, tepat ketika berumur limabelas tahun," ungkap lelaki yang mengaku rajin membuka referensi kostum dan pakaian terbaru agar tak ketinggalan tren.
Berbekal dari pengalaman tersebut, ia dianggap seorang penjahit yang mumpuni. Presiden Joko Widodo bukan yang pertama kali. Beberapa tahun sebelumnya, ia juga pernah diminta membuatkan pakaian untuk Presiden RI yang ke-4, Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gusdur.
"Itu pertama kalinya saya menjahitkan kostum untuk Kepala Negara. Sasirangan khas Banjar yang waktu itu saya jahitkan," paparnya seraya tersenyum.
Menjahitkan kostum untuk dipakai oleh Kepala Negara, tentu saja membuat Kamal sangat bahagia. Terlebih lagi menurutnya, kostum yang dipakai mencerminkan identitas masyarakatnya. Seperti halnya kostum bernuansa adat serta khas daerah layaknya sasirangan.
"Saya berharap tak hanya Kepala Negara saja. Kalau bisa, setiap ada acara-acara, para petinggi pemerintahan juga memakai pakaian khas daerah kita misalnya kain sasirangan dan lain-lain," pungkasnya. (war/ay/ran)