Turki begitu emosional menanggapi serangan mematikan terhadap pos-pos perbatasan di negara bagian Rakhine, Myanmar barat. Serangan tersebut menyebabkan sedikitnya 89 orang tewas.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Kementerian Luar Negeri Turki menyuarakan keprihatinan atas serangan tersebut. "Kami mengecam serangan tersebut dan menekankan bahwa masalah di negara bagian Rakhine tidak dapat diselesaikan melalui kekerasan," kata kementerian itu.
Pernyataan tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (27/8), kemudian mengatakan, bahwa sangat menyedihkan serangan tersebut terjadi pada saat laporan Komisi Penasehat Rakhine Kofi Annan dirilis.
Kantor Penasihat Negara Aung San Suu Kyi mengatakan, 77 gerilyawan tewas dalam serangan tersebut dan 15 orang terluka. Sedangakn ribua warga etnis Rohingya terpaksa harus mengungsi dan terdampar di perbatasan Bagladesh. Nasib mereka hingga kini masih belum jelas.
Sementara itu, Panglima militer Turksi, Hulusi Akar menyindir Pemimpin Demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi. Menurutnya, bagaimana mungkin seorang peraih nobel perdamaian begitu tega membiarkan penindasan terjadi di depan mata.
"Hanya orang berhati iblis yang membiarkan (pembantaian) itu terjadi di depan matanya. Kami merasa harus membela (warga minoritas Rohingya). Dan jangan paksa kami menggunakan rudal untuk menghancurkan tentara Myanmar," tegas Panglima yang begitu setia kepada Presiden Recep Tayyip Erdogan itu.