Haru hati ini saat membuka pengumuman kelulusan CPNS Kementerian Agama 2018 kemarin. Penantian saya selama ini berbuah manis. Saya, Muchamad Nurrohmat, bersama 14ribu orang lebih, dinyatakan lulus menjadi CPNS Kementerian Agama.
Seketika itu, terlintas juga wajah emak dan sandal jepitnya yang lusuh. Pasti pada bertanya kan kenapa yang terbayang emak dan sandal jepitnya? Iya, emak dan sandal jepitnya punya andil tersendiri dalam perjalanan saya menjadi CPNS Kemenag.
Saya akan berbagi sedikit tentang emak dan sandal jepitnya. Terbayang jelas dalam ingatan saya, sandal jepit milik emak telah berjasa menemani saya selama mengikuti proses penerimaan CPNS. Khususnya selama saya mengikuti Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) di Kanwil Kemenag Jawa Tengah, di Semarang.
Ya, cerita ini berawal ketika saya harus berangkat ke Semarang untuk mengikuti tahapan SKB. Tes tahap ke-2 ini harus saya tempuh setelah saya dinyatakan lulus tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD).
Berdasarkan pengumuman, saya mendapat tempat tes di MAN 1 Kota Semarang. Saat itu yang terlintas di benak saya adalah hadist Rasulullah.
"Surga itu di bawah telapak kaki ibu, siapa yang Ia kehendaki maka akan dimasukkan dan siapa yang Ia ingini maka akan dikeluarkan," begitu bunyi hadistnya.
Pernah dengar hadis ini kan? Ini yang menjadi inspirasi saya untuk membawa emak mendampingi saya tes di Semarang. Restunya, betul-betul saya harapkan.
Tapi, kondisi tidak memungkinkan mengajak emak dari rumah kami di Purwokerto untuk pergi ke Semarang. Kemudian pandangan saya pun jatuh pada sandal jepit emak.
Bukan sandal baru. Itu hanya sepasang sandal jepit lusuh yang biasa ia kenakan sehari-hari.
Sandal jepit yang selalu menemaninya itu pun saya ambil, untuk kemudian saya kenakan. Sepanjang perjalanan dengan kereta dari Purwokerto ke Semarang, saya pakai sandal jepit itu.
Memandang sepasang kaki saya dengan sandal jepit itu selama perjalanan, mengingatkan saya pada perempuan yang tak pernah henti mendoakan keberuntungan saya. Selama tiga hari tes, sandal jepit itu pun tetap saya bawa.
Ini rasanya seperti membawa serta doa dan harapan emak pada anak lelaki yang dilahirkannya 25 tahun yang lalu ini. Ah emak, semoga setiap doa mu diijabah Mak...
Usai melewati serangkaian tes, saya pun kembali ke Purwokerto. Sandal jepit lusuh itu pun tetap saya kenakan selama perjalanan dengan kereta.
"Anak lelakimu sudah berjuang Mak. Semoga bisa mendapatkan yang terbaik sesuai doamu mak," batin saya kala itu.
Maka, kala nama saya terpampang di pengumuman CPNS Kemenag, bayangan itu pun terlintas di benak. Emak dan sandal jepit lusuhnya.