Breaking News

19 Februari 2019

Tujuh Kali Ikut Tes, Akhirnya Saya Lulus CPNS

Tujuh Kali Ikut Tes, Akhirnya Saya Lulus CPNS

Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pasti menjadi cita-cita banyak orang. Apalagi bagi aku, yang sudah 10 tahun mengabdi sebagai guru honorer. Alhamdulillah, Allah Maha Baik. Di tahun 2018 lalu, Allah mengabulkan cita-cita ku untuk menjadi PNS.
Aku, Siti Aminah, berhasil lulus seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Agama. Tak tanggung-tanggung, ini adalah kali ke-7 aku mengikuti tes CPNS. Ini, sekelumit kisahku saat mengikuti proses tes CPNS Kemenag 2018.
Saat pengumuman penerimaan CPNS 2018 secara nasional diumumkan, aku tengah berbadan dua. Namun, sebagai seorang guru honorer yang telah bertugas di Kabupaten Pidie selama 10 tahun, kondisi tersebut tak menyurutkan diri ini untuk mendaftar.
Usai lulus tahap administrasi yang diproses melalui website SCCN, namaku berhasil lolos menjadi salah satu peserta yang berhak mengikuti tahap Seleksi Kompetensi Dasar (SKD). Perjuanganku pun dimulai di sini.
SKD akan dilaksanakan serentak di Banda Aceh. Artinya, aku harus menempuh perjalanan sekitar 100 km dari Sigli, tempat tinggalku. Ditemani suami, aku yang tengah mengandung tujuh bulan pun pergi ke Banda Aceh. Di Banda Aceh, kami menginap di rumah salah satu kawan.
Hari pelaksanaan SKD pun tiba. Agar tak telat mengikuti SKD, aku telah tiba di lokasi pada pukul 14.00. Kebetulan aku mendapatkan giliran sessi terakhir yang akan dimulai pukul 15.30 WIB.
Tapi tak disangka, hingga menjelang maghrib belum ada juga pemanggilan untuk kami yang termasuk dalam sessi terakhir. Ternyata tesnya diundur. Akan dilaksanakan usai magrib.
Aku pun bersegera mengerjakan sholat maghrib. Usai sholat maghrib, sebenarnya perutku terasa lapar. Tapi ternyata panitia telah memanggil untuk masuk ke ruangan. Jadilah, dengan perut lapar, bumil ini mengikuti tes. Hasil tes SKD yang dilaksanakan secara Computer Assisted Test (CAT) langsung dapat aku peroleh. Aku mendapatkan nilai 80 untuk Tes Intelegensia Umum (TIU), 85 untuk Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), dan 135 untuk Tes Karakteristik Pribadi (TKP).
Rasa sedih mulai menggelayut. Nilai ku hanya kurang empat poin di TKP untuk dapat lulus tahap ini. “Dek, jangan kecewa dulu. Pasti ada jalannya. Berdoalah kepada Allah, karena bukan cuma adek seorang yang gak lulus. Tapi hampir semua peserta tes,” ujar suami ku menghibur.
Kala itu, aku pun mengikhlaskan dan berharap ada kebijakan lain dari pemerintah. Subhanallah.... Akhirnya doaku terjawab. Pemerintah menggulirkan kebijakan lain. Hingga tiba saat pengumuman peserta yang berhak mengikuti Seleksi Kompetensi Bidang (SKB), dan namaku pun terpampang di sana.
Tapi ada masalah lain yang membuat gundah hati ini. Aku baru saja melahirkan 12 hari yang lalu. Mungkinkah ku tinggalkan bayi mungil ini untuk mengikuti tes yang juga berlangsung di Banda Aceh?
Lagi-lagi, suami ku menjadi penyemangat. “Gak papa dek, ikut saja. Kita bawa si kecil juga. Mudah-mudahan adek lulus,” ujarnya.
Akhirnya, pergilah kami ke Banda Aceh untuk mengikuti SKB walaupun saya masih dalam keadaan nifas. Kali ini, ibu turut mendampingi. Ia yang akan jaga si kecil katanya. Hati ini pun makin tenang untuk mengikuti SKB. Sesampainya kami di Banda, lagi-lagi kami menumpang di rumah kawan.
Hari pertama SKB, hingga pukul 09.00 WIB tes belum juga dilaksanakan. Saya pun mulai gelisah. “Bagaimana ini bang? Apa kita pulang dulu. Asi yang ditinggal untuk si kecil hanya sedikit,” ungkap saya kepada suami. Di benak ini, terbayang bayi mungil yang belum genap berumur sebulan itu.
Suami pun menghubungi kawan yang menyediakan rumahnya bagi kami menginap. Kawan ini pula yang mengantar kami ke tempat tes. Maklum, kami buta daerah Banda Aceh. Suami mengungkapkan kegelisahan saya pada kawan tersebut. Ia sampaikan keinginan saya untuk pulang terlebih dahulu ke rumah untuk memberi asi pada buah hati kami.  Jawabannya di luar perkiraan kami.
“Bang, istri abang suruh fokus saja untuk tes. Jangan panik dan risau dengan si kecil. Biar istri saya yang urus. Izinkan istri saya menyusui anak abang,” ujar kawan kami dari seberang telepon.
Subhanallah... lagi-lagi aku tak dapat menahan air mata sujud syukurku kepada Allah SWT.
Pengalaman hari kedua SKB tak kalah berwarna. Untuk memudahkan mobilitas, kami dipinjamkan sepeda motor oleh kawan. Tapi, kami yang belum pernah ke Banda Aceh terus terang takut tersesat jika membawa sepeda motor sendiri.
Berangkat tak jadi soal, karena sang kawan menyuruh kami mengikuti dia. Beliau pun mengarahkan dimana tempat tes berlangsung. Masalah terjadi ketika kami hendak pulang. Kami buta arah. Kami mencoba mengikuti layanan peta online, hasilnya malah kami tersasar tak tentu arah.
Kami pun mulai mengandalkan arah yang diberikan oleh orang-orang yang kami temui sepanjang jalan. Sementara, hujan mulai mengguyur Kota Banda Aceh kala itu. 
Akhirnya sore hari kami baru tiba di rumah, tentunya dengan kondisi basah kuyup karena terkena hujan. Tapi Alhamdulillah, proses telah aku jalani dengan baik. Aku pun berserah pada ketentuan Yang Maha Kuasa.
Kini, tepat ketika usia bayiku menginjak satu bulan, kabar baik itu pun tiba. Perjalanan ku menjadi guru honorer selama 10 tahun ini akhirnya terbayar dengan pengumuman kelulusan CPNS Kemenag. Suami menjadi orang pertama yang ku beri tahu kabar bahagia ini. Ya, dia lah yang telah menemani dan menjadi penyemangatku.
Inilah sedikit pengalamanku tentang Seleksi CPNS Kemenag. Semoga bisa menjadi inspirasi buat kawan-kawan semuanya. Jangan mudah menyerah sebelum berjuang, jangan pesimis. Tetaplah maju walaupun diterpa angin dan gelombang. InsyaAllah, Allah akan mengabulkan doa hamba-hambanya yang berusaha.
0 Comments

Tidak ada komentar:

Translate

Artikel Terbaru

Khutbah Jumat: Mari Tata Niat agar Ibadah Menjadi Nikmat

السلام عليكم Ùˆ رحمة الله Ùˆ بركاته بسم الله Ùˆ الحمد لله اللهم صل Ùˆ سلم على سيدنا محمد Ùˆ على أله  Ùˆ صحبه أجمعين Salam Sahabat  Hanapi...

Powered by BeGeEm - Designed Template By HANAPI