Para imam di masjid-masjid kampung umumnya punya surat andalan sewaktu memimpin salat berjamaah. Untuk rakaat pertama bacaannya surat al-Kafirun dan rakaat kedua bacaannya surat Al-Ikhlas.
Kebiasaan membaca surat andalan ini ternyata bukan karena mereka tidak punya hapalan surat lain. Bahkan tak sedikit mereka yang hafal al-Qur'an, tapi yang mereka baca hanya surat-surat itu.
Pertimbangan mereka ada 2 (dua):
Pertama, mengamalkan hadits Rasulullah: "Jika salah satu di antara kalian menjadi imam, maka hendaknya meringankan bacaan dan gerakan karena dalam jamaahnya ada anak kecil, orang tua, orang yang memiliki keperluan. Namun jika salat sendirian maka lakukan sekuasa kalian" (muttafaq alaihi). Membaca surat al-Kafirun dan Al-Ikhlas bertujuan meringankan bacaan salat berjamaah.
Kedua, untuk merekonstruksi iman dan Islam. Seseorang ketika membaca surat al-Kafirun hakikatnya sedang melakukan evaluasi diri, bukan melaknat orang lain yang tak seakidah. Dari evaluasi diri ini diharapkan sifat-sifat tertutup, congkak, ingkar dan lainnya yang menunjukkan sifat kufur dapat diperbaiki secara bertahap. Cara memperbaikinya dengan cara mengingatkan diri melalui bacaan surat Al-Ikhlas.
Bacaan surat al-Kafirun dan surat Al-Ikhlas dapat diibaratkan seperti pembaruan sistem aplikasi seorang muslim. Imam spesialis bacaan surat al-Kafirun dan surat Al-Ikhlas berperan sebagai aplikator yang bekerja memperbaiki perangkat khusus orang Islam yang tak berfungsi maksimal.
Apa perangkat khusus orang Islam itu? “Islam” yang disebut dalam Alquran sebanyak 8 kali dalam arti agama identik dengan komunitas khusus. Yakni komunitas Muslim yang memiliki perangkat dan sistem khusus pula yang dibangun lewat jejaring “salam” yang berarti penghormatan dan keselamatan. Seperti judul lagu Nisa Sibyan "Deen as-Salaam".
Untuk membuktikan hal itu, perhatikan ayat-ayat berikut ini: Q.S. Yunus: 9-10, salam adalah penghormatan buat orang-orang yang saleh; Q.S. al-Ahzab: 56, salam merupakan bentuk penghormatan ummat kepada nabi yang dijunjungnya.
Q.S. an-Nuur: 61, salam adalah penghormatan antara seseorang kepada sahabatnya; Q.S. an-Nuur: 27, salam merupakan penghormatan kepada tuan rumahnya. Dalam Q.S. as-Shaffat, salam diulang beberapa kali sebagai penghormatan kepada para rasul. Dengan demikian, perangkat Islam adalah model jejaring yang menginduksikan rasa hormat dan menyebarluarkan keselamatan kepada umat manusia.
Imam di masjid-masjid kampung spesialis bacaan surat al-Kafirun ketika membaca qul yaa ayyuhal kaafiruun bukanlah bertujuan menyinggung non-muslim. Toh yang berjamaah semuanya orang Islam. Tetapi surat al-Kafirun yang dibaca tiap rakaat pertama untuk mengingatkan; apa di antara yang salat sudah tertanam rasa hormat-menghormati?
Jika belum, imam di masjid kampung itu mengingatkan dengan bacaan surat Al-Ikhlas, agar semua menyadari bahwa hidup tidak boleh egois. Manusia tidak bisa hidup sendiri sebab manusia bukan Tuhan. Sebagai umat beragama manusia harus hormat kepada Tuhannya dan para rasul perantara-Nya. Sebagai makhluk sosial manusia harus saling menghormati antar sesama umat manusia.
Imam di mesjid kampung itu telah menggugah kesadaran kaumnya agar semua yang mengaku muslim dapat menjadi pribadi yang salim. Yaitu pribadi yang selalu melakukan penghormatan kepada Tuhan dan siapa saja agar terajut rasa aman, nyaman, dan sentosa sesuai ajaran Islam rahmatan lil alamin.
Imam masjid di kampung berperan laksana orang tua yang mengajarkan kepada anak-anaknya: Ayooo Nak! Saliiim... (Salami orang-orang yang ditemui). Bukankah kita juga begitu ngajari anak-anak sewaktu ketemu orang? Kamu lupa ya....?!!! Supaya ingat, mari kita akhiri polemik dengan bernyanyi "Deen as-Salaam"