السلام عليكم ورØمة الله وبركا ته
Salam sejahtera buat semua Sahabat Hanapibani.com senusantara.
”Bunda, Nayla ada PR nih. Bantu ngerjakan, ya?” pinta Nayla kepada sang Bunda yang saat itu sedang asik memainkan keyboard laptopnya.
Karena ada tugas yang harus diselesaikan, permintaan Nayla hanya didengarkan oleh sang Bunda. Tanpa memberikan respons positif.
Hal ini membuat hati Nayla hancur. Harapan dapat tanggapan sekaligus bantuan mengerjakan PR lenyap sudah. Akhirnya dia mengerjakan sendiri meski merasa kesulitan.
Ilustrasi di atas hanya sebuah contoh kesibukan orangtua yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap anak. Bahkan tidak jarang ada beberapa orang yang merasa berat jika buah hatinya mendapat PR. Ada yang beranggapan PR itu membebani anak, merepotkan orang tua hingga ada yang berpikir bahwa PR adalah cerminan pembelajaran di sekolah yang tidak tuntas.
Padahal jika kita mau berpikir positif, ada beberapa hal positif yang didapat dari pemberian PR.
Mengulang pelajaran yang didapat di sekolah
Belajar adalah sebuah proses pengulangan terhadap sebuah ilmu atau pengetahuan. Karena belajar merupakan proses maka mengulang apa yang dilihat, didengar dan dirasakan adalah suatu keharusan. Sesuai fitrahnya, manusia memiliki keterbatasan dalam mengingat sesuatu. Untuk itu dibutuhkan pengulangan agar ingatan semakin kuat dan tajam. Sehingga apa yang dia ketahui tidaklah cepat hilang.
Mengetahui proses belajar mengajar di sekolah
Proses belajar mengajar di sekolah tidak semua bisa diketahui orangtua. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pembelajaran berada di lembaga atau sekolah, sementara orang tua berada di rumah.
Ini yang membuat orangtua harus mencari tahu sampai dimana pelajaran yang diterima anaknya. Bukan untuk menghakimi seorang guru dalam pemberian materi. Namun, karena pembelajaran terhadap anak hanya berlangsung beberapa jam saja di sekolah, sedangkan pembelajaran adalah sebuah pemberian keilmuan atau penanaman karakter yang dilakukan secara kesinambungan baik itu di lembaga maupun di rumah. Maka diperlukan informasi utuh agar pembelajaran berjalan selaras dan seimbang antara di sekolah dan di rumah. Di antara cara yang paling mudah untuk mengetahui sampai di mana proses belajar mengajar di sekolah tersebut adalah dengan adanya PR.
Mengetahui gaya belajar anak
Anak adalah amanah dari Tuhan YME, yang menurut William Stern dengan teori konvergensinya mengatakan bahwa hasil pendidikan anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan.
Diakui atau tidak, pada dasarnya anak lahir telah memiliki potensi atau pembawaan. Namun, pembawaan atau potensi itu akan hilang jika tidak dikembangkan. Oleh sebab itu tugas pendidik yang dalam lingkup sempit adalah orangtua untuk menghantarkan perkembangan potensi anak semaksimal mungkin sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsanya.
Untuk mengembangkan potensi itu maka dibutuhkan pengetahuan sekaligus pemahaman terhadap gaya belajar anak. Jangan sampai terjadi pengarahan yang tidak sinergi antara orangtua dengan anak, sehingga berakibat hilangnya pembawaan atau potensi anak. Tidak menutup kemungkinan ada di antara anak yang memiliki gaya belajar jika dia mendapatkan PR dia mau belajar, sementara jika tidak maka dia enggan belajar.
Sarana interaksi antara orangtua dan anak
Di zaman now, demi kesejahteraan keluarga tidak jarang membuat seorang ibu juga harus membantu keluarga dengan bekerja. Sehingga harus meninggalkan rumah dan tidak menutup kemungkinan menitipkan buah hatinya ke penitipan anak atau babysitter.
Ironis memang, seorang ibu yang merupakan sekolah pertama bagi anak harus menggantikan posisinya kepada orang lain. Namun, dengan tujuan kebahagian seluruh anggota keluarga semua harus ibu lakukan.
Dalam kurun waktu kurang lebih 7 hingga 10 jam anak dan orangtua terpisahkan. Tentunya ada rasa rindu untuk bersama. Kadang karena seringnya terpisah maka seorang anak akan lebih memilih berkomunikasi dengan babysitter dibandingkan dengan orangtuanya.
Di sini PR mampu menjadi sarana komunikasi yang handal bagi orangtua dan anak. Sedikit kata singkat, ”Sayang, hari ini ada PR tidak, adakah yang bisa bunda bantu? Untuk besok apakah ada PR yang belum dikerjakan?” akan mampu mencairkan suasana yang kurang harmonis antara orangtua dan anaknya.
Dengan demikian tidak sepantasnya jika kita selaku orangtua berpandangan negatif atau bahkan mengeluh jika anak kita mendapatkan PR. Bahkan seharusnya kita merasa bersyukur karena dengan diberi PR sehingga komunikasi dengan anak tetap terjalin dan kasih sayang tetap tumbuh tidak tergantikan oleh orang lain. Karena diantara sebab munculnya ketidakharmonisan dalam keluarga adalah kurangnya komunikasi.
Merry Riana dalam kata bijaknya mengatakan, ”Yang dibutuhkan dalam hubungan cuma 3: komitmen, komunikasi, dan kesabaran”. Ayo jalin komitmen, komunikasi, dan kesabaran dengan putra-putri kita melalui PR, agar tercipta keluarga bahagia selamanya. Salam sehat dan kuat orang tua hebat.