Bangsa Indonesia berduka dengan kepergian salah satu putra terbaiknya untuk selamanya. Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia, telah dipanggil keharibaan Ilahi Rabbi, Rabu 11 September 2019, pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, di usia 83 tahun.
Prof. Dr. Ing. B.J.Habibie profil seorang teknokrat, cendekiawan dan negarawan kebanggaan Ibu Pertiwi. Pak Habibie memimpin negara melewati masa krisis dan transisi meniti gelombang perubahan ke arah demokrasi yang berasaskan kedaulatan rakyat. Suatu periode sejarah kontemporer yang tidak diharapkan terulang. Di masa Pak Habibie memimpin Indonesia, publik dikenalkan dengan slogan dan konsep pembangunan masyarakat madani. Keterbukaan dan kebebasan pers dibuka tanpa ranjau hambatan di masa Pak Habibie memegang tampuk kekuasaan negara.
Genderang perang melawan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) ditabuh di era Presiden B.J. Habibie dengan dukungan kekuatan reformis, meski tidak sedikit pula kalangan yang setengah hati menerima bahkan menolak kepemimpinan B.J. Habibie karena dianggap sangat dekat dengan Pak Harto. Padahal Pak Harto sendiri setelah Orde Baru runtuh tak pernah lagi bertemu ataupun berkomunikasi dengan Pak Habibie.
Pak Habibie menggantikan Pak Harto yang dengan jiwa besar menyatakan berhenti sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998 di bawah tekanan demonstrasi menuntut reformasi total dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.
Perubahan politik terus bergulir setelah Wakil Presiden B.J. Habibie dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia. Pak Habibie melepaskan tahanan politik Orde Baru diantaranya Sri Bintang Pamungkas, Budiman Sujatmiko dan lain-lain. Pemilihan Umum dipercepat dan Sidang MPR pun digelar.
Seperti dikenang oleh penulis sejarah dan mantan anggota DPR Lukman Hakiem, barangkali Pak Habibie satu-satunya Presiden RI yang saat memasuki ruang sidang paripurna DPR/MPR-RI disambut oleh para anggota DPR/MPR "yang terhormat" saat itu dengan teriakan cemooh: "Huuu...." Dan Presiden Habibie menyambut cemoohan itu dengan senyum dan lambaian tangan. Pidato Pertanggung Jawabannya ditolak MPR, Pak Habibie yang berjiwa besar menghadapinya dengan ikhlas. Beliau memutuskan tidak bersedia dicalonkan dalam pemilihan presiden oleh MPR, meski peluang masih terbuka. Pemimpin yang berjiwa negarawan mengerti kapan mesti meninggalkan gelanggang.
Kepemimpinan Pak Habibie, meski singkat, tapi meninggalkan makna berharga bagi Indonesia ke depan. Pada waktu itu saya sebagai warga negara mengirim surat ucapan terima kasih dan apresiasi kepada Pak Habibie. Surat saya dibalas oleh Pak Habibie. Beliau menyatakan ungkapan rasa haru atas surat tersebut serta menuliskan harapannya untuk masa depan Republik Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Ir. Sardy Sar, M.Eng.Sc, Guru Besar Fakultas Teknik UI dan mantan Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, "Pak Habibie adalah seorang yang punya pola pikir strategis terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di negeri ini. Beliau mengerti industri mana yang prioritas harus dimajukan agar bangsa ini mampu berdikari dalam menghadapi pelbagai tantangan untuk masa depan. Almarhum sangat peduli dengan pengembangan sumber daya manusia sebagai aset bangsa yang tak terlihat (intangible asset) atau sebagai human capital guna memajukan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based economy)."
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Pengembangan Industri Strategis (BPIS), Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, dan Beasiswa Orbit-ICMI, merupakan sebagian dari jejak dan legacy serta sumbangsih Pak Habibie untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Prestasi dan reputasi Pak Habibie sebagai ahli pesawat terbang berkelas dunia dan pelopor industri penerbangan di dalam negeri menjadi suatu kebanggaan bagi rakyat Indonesia.
Pak Habibie yang menuntut ilmu dan berkarir di Jerman, pulang ke Indonesia karena niat dan panggilan untuk memajukan Tanah Air tercinta. Pak Ibnu Sutowo, sang legenda pejuang perminyakan nasional dan pembangun Pertamina yang pertama memberi tempat berkarir kepada Pak Habibie, tentu dengan restu dan petunjuk Presiden Soeharto.
Pak Habibie, menteri kepercayaan Pak Harto, dengan niat baik dan pendekatan kemanusiaan bisa menjembatani dan mencairkan kerenggangan hubungan penguasa Orde Baru dengan para tokoh senior bangsa, seperti Pak Jenderal Abdul Haris Nasution, Pak Ali Sadikin dan lain-lain para penandatangan Petisi 50. Mereka hanya mengkritisi dan mengingatkan penyimpangan Orde Baru. Tidak ada maksud lain. Akhirnya cekal imigrasi untuk keluar negeri atas para tokoh pejuang bangsa itu dicabut.
Meski tidak mempersiapkan diri untuk menduduki jabatan politik, namun takdir dan skenario dari Allah mengantarkan Pak Habibie menjadi menteri, wakil presiden dan kemudian menjadi presiden.
Pak Habibie seorang muslim yang taat. Beliau ingin menjadi mata air yang jernih untuk kebaikan bangsa yang dicintainya.
Peran dan sumbangsih Pak Habibie sebagai Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) menorehkan tinta emas bagi sejarah dan marwah umat Islam di Tanah Air. Lahirnya Undang-Undang Pengelolaan Zakat (UU No 38 Tahun 1999) di masa kepemimpinan beliau. Berdirinya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama dan terbitnya Harian Umum Republika juga tak lepas dari dukungan ICMI di bawah kepemimpinan Pak Habibie.
Sesuai dengan namanya "Habibie", artinya yang mencintai dan dicintai, negeri ini kehilangan dengan kepergiannya. Sosok tokoh besar dan ilmuwan yang tulus dan totalitas dalam mencurahkan pemikiran, karya dan semangatnya untuk kebaikan negeri, sekaliber Pak Habibie, tidak mudah mencari penggantinya. Meski beliau telah tiada, tapi cita-citanya akan tetap menginspirasi dan menyertai perjalanan bangsa Indonesia mengharungi sejarah ke depan.
Saya teringat pertemuan dan perbincangan dengan Pak Habibie setahun sebelum beliau meninggal. Dalam kondisi kesehatan yang sedang dalam perawatan, Pak Habibie tetap berkenan ditemui. Saya diterimanya dengan ramah dan simpatik. Penguasaan Ilmu Pengetahuan-Teknologi (high-tech) dan Iman-Taqwa (high taq) merupakan wasiat terpenting yang disampaikan Pak Habibie saat itu dan sekaligus pesan beliau untuk generasi penerus.
Selamat jalan pahlawan teknologi Indonesia. Karya dan pengabdian terbaik yang telah bapak berikan akan tetap dikenang dan menginspirasi anak bangsa.
Begitu banyak pelayat yang antri berdesakan dari kalangan masyarakat biasa, di samping para tokoh dan pejabat memadati kediaman Pak Habibie mulai dari malam saat jenazah dibawa ke rumah sampai siang menjelang dimakamkan. Begitu pula ramai berdesakan warga ibukota dan sekitarnya menghadiri pemakaman jenazah beliau di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata Jakarta, Kamis 12 September 2019. Menunjukkan betapa kecintaan masyarakat kepada Pak Habibie. Pusara dan liang lahat Pak Habibie sebaris berdampingan dengan pusara Ibu Hasri Ainun Habibie, ibu negara pendamping setia dan cinta abadi Pak Habibie.
Semoga Allah SWT memberikan tempat yang mulia dan terindah kepada Pak Habibie dan Ibu Ainun Habibie di surga-Nya.
Oleh: M. Fuad Nasar (Direktur Pengelolaan Zakat dan Wakaf, Ditjen Bimas Islam)