Kementerian Agama akan menerapkan sistem e-learning pada madrasah. Ini dilakukan untuk menjawab tantangan pendidikan di era disrupsi saat ini. “Kemenag serius melakukan terobosan inovasi sistem pembelajaran, terutama di madrasah, yang selaras dengan tantangan disrupsi revolusi industri 4.0,” kata Sekretaris Jenderal Kemenag M. Nur Kholis Setiawan, di Abu Dhabi, Selasa (17/09).
Nur Kholis yang ditemui saat melakukan kunjungan kerja di Abu Dhabi menuturkan, salah satu agenda lawatannya ke Uni Emirat Arab (UEA) adalah menjajaki kerjasama dalam pengembangan sistem e-learning di madrasah. “Dunia terus berubah. Kalau kita bekerja linier dan cara belajar anak-anak cenderung linier, maka kita akan ketinggalan dengan anak-anak di negara lain,” tutur Nur Kholis.
Sekjen Kemenag yang didampingi Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Madrasah Abdullah Faqih, menjadi perwakilan Kementerian Agama dalam Delegasi Republik Indonesia ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Tim yang melakukan kunjungan kerja sejak 15 hingga 18 September 2019 ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Selama berada di Abu Dhabi, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengunjungi sejumlah sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan dan berdiksusi dengan para pemangku kebijakan dalam pengembangan sistem e-learning di UEA. Di antaranya adalah Al Asayel Primary School, Alef Education, Krypto Labs, Alef Micro School, dan Algorytma. Dalam kunjungan tersebut, delegasi Indonesia berdiskusi tentang kemungkinan penerapan sistem e-learning tersebut di Indonesia, khususnya di Madrasah.
Lebih jauh, Alumni Bonn University German ini menyampaikan bahwa sistem e-learning yang diterapkan di sejumlah sekolah di UEA sudah dilakukan dengan sangat serius, bahkan dengan berbagai riset yang melibatkan sejumlah ahli. Karenanya, M. Nur Kholis Setiawan berpandangan daripada mengembangkan sistem dari nol, maka hal ini akan memakan waktu yang lama.
“Karenanya, untuk saat ini adaptasi sistem mungkin pilihan terbaik, agar dampak sistem ini bisa langsung dirasakan oleh siswa-siswa madrasah di Indonesia yang pada gilirannya akan dapat berdampak peningkatan mutu dan daya saing pendidikan madrasah,” papar Nur Kholis.
"Saya menyaksikan sendiri di UEA ini sistem e-learning sudah sangat advanced dan terintegrasi satu sama lain. Pengembangan sistem ini melibatkan banyak stakeholder dan melalui kajian riset dan pengembangan yang serius. Karenanya, pilihan tercepatnya kita adaptasi saja," ucap Nur Kholis.
Misalnya, Indonesia menggunakan sistem dan platformnya saja, sedangkan konten kita kembangkan sendiri. "Ini saya kira pilihan yang paling feasible. Ini terus kita kaji kemungkinan-kemungkinannya," lanjut Nur Kholis.
Kelebihan sistem e-learning yang diterapkan oleh Pemerintah UEA menurut Sekjen Kemenag ini adalah sistem monitoring capaian pembelajaran dapat dikontrol dan dianalisis dengan menggunakan artificial intelligence. Hal ini kemudian akan menghasilkan big data dan meta data tentang capaian pembelajaran siswa.
"Berdasar hasil analisis data tersebut, kemudian akan menjadi basis pengambilan kebijakan strategis terkait pelatihan guru ataupun intervensi kebijakan penjaminan mutu pendidikan. Jadi, intervensi kebijakan kita betul-betul berdasarkan data yang akurat. Bukan trial and error," kata Nur Kholis.
“Saya kira Indonesia perlu belajar dari system yang telah diterapkan di sebagian besar sekolah di UEA ini. Dengan harapan penerapan sistem e-learning ini akan memberikan kontribusi penting untuk memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas yang selaras dengan kebutuhan pembelajaran abad 21,” kata M Nur Kholis Setiawan.