Jika kita mendengar kalimat nafsu, terbayang di pikiran kita banyak artian dan makna. Sebagian memaknainya positif namun tak sedikit yang menafsirkan negatif. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, nafsu adalah komponen yang tak lepas dari manusia karena tanpanya manusia secara khusus atau makhluk hidup secara umum akan mengalami kepunahan. Mengapa ?. karena nafsu termasuk di dalamnya makan, minum, tidur, dan kebutuhan biologis, yang mana itu semua menunjang keberlangsungan makhluk hidup.
Sebelum berbicara lebih lanjut mungkin sebaiknya kita saksikan dulu video dibawah ini:
Nafsu telah menjadi bahasan penting dalam kajian agama, sampai aliran-aliran agama yang menyimpang pun membahas perkara nafsu ini dalam kajiannya. Bahkan, tak jarang aliran sesat terbangun diatas pemuasan nafsu belaka. Ketika nafsu menjadi sebuah bahasan dalam agama dan kehidupan manusia, maka muncul lah paling tidak tiga pertanyaan :
1.Apa itu nafsu ?
2.Hakikat nafsu dalam tinjauan Islam ?
3.Mungkinkah manusia berkompromi dengan nafsu dalam kehidupan nya ?
Akan kita bahas Insya Allah dalam kajian ini mengenai tiga permasalahan di atas.
Nafsu
Adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dari dalam diri seorang manusia, berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau fantasi seseorang. Juga merupakan suatu kekuatan psikologis yang kuat yang menyebabkan suatu hasrat atau keinginan intens terhadap suatu objek atau situasi demi pemenuhan emosi tersebut, bisa berupa pemenuhan pengetahuan, kekuasaan, dan lainnya, namun pada umumnya dikaitkan dengan nafsu seksual.
Sedangkan, dalam bahasa Melayu, "nafsu" bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat. Jika ditambah dengan kata "hawa" menjadi hawa nafsu biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya nafsu bermakna selera jika di hubungkan dengan makanan, begitu pula jika disandingkan dengan syahwat maka nafsu menjadi bermakna keinginan atau dorongan untuk memenuhi kebutuhan biologis atau menikah.
Nafsu dalam tinjauan Islam.
Dalam agama Islam, bahasan tentang nafsu dibahas secara mendetail oleh para ulama, karena nafsu menyangkut kehidupan manusia yang mana semua perkara mengenai kehidupan manusia telah di jelaskan kaidah dan aturan nya dalam Al quran dan Hadits agar manusia tidak berkehendak sesuka hatinya dan keluar dari jalan Allah.
Dalam agama Islam, bahasan tentang nafsu dibahas secara mendetail oleh para ulama, karena nafsu menyangkut kehidupan manusia yang mana semua perkara mengenai kehidupan manusia telah di jelaskan kaidah dan aturan nya dalam Al quran dan Hadits agar manusia tidak berkehendak sesuka hatinya dan keluar dari jalan Allah.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang
Artinya : " dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya " (An nazi'at 40 -- 41)
Dan juga di ayat lain yang Artinya : " dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta mengikuti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas "( Al kahfi 28)
Artinya : " maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim " (Al-Qashash 50)
Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata :
" Hawa nafsu adalah kecondongan jiwa kepada sesuatu yang selaras dengan keinginannya " (Asbabut Takhallus minal hawa, hal 3)
Imam Ibnu rajab rahimahullah berkata :
" Terkadang dimutlakkan penyebutan hawa dengan makna cinta dan kecondongan, maka termasuk di dalamnya kecondongan kepada kebenaran dan selainnya " (Jaami'ul Uluum wal Hikam, 399)
Asy Sya'bi rahimahullah berkata :
"Hawa nafsu dinamakan al-hawa karena bisa menjerumuskan pemiliknya ke dalam neraka" (Asbabut Takhallus minal Hawa, 3)
Dalam ayat-ayat dan dalil diatas adalah celaan terhadap orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya. Dengan ini, apakah menunjukkan bahwa nafsu itu tercela tanpa terkecuali ?. tidak. Nafsu tidak selayaknya dicela atau dipuji secara mutlak tanpa pengecualian. Sebagaimana marah tidak boleh dicela atau dipuji secara mutlak pula.
Dalam setiap ayat atau dalil yang jelas terang-terangan mencela nafsu dikarenakan sikap kebanyakan manusia yang terjadi jika mengikuti nafsunya semata adalah kerusakan dan tidak bisa berhenti sampai pada batas pengambilan manfaat saja, dalam kondisi seperti ini lah manusia tidak lagi mengetahui batasan dan hanya memikirkan pemuasan nafsu tersebut. Celaan terhadap nafsu dalam konteks ayat ini juga merupakan gambaran bahwa manusia belum bisa bersikap tengah-tengah dalam mengatur nafsu.
Mungkinkah manusia berkompromi dengan nafsu ?
Jika kita berbicara masalah kompromi, maka akan berujung kepada keberpihakan, dan disini akan menyangkut kawan atau lawan. Apakah nafsu itu kawan atau lawan ? . Jika kita kembalikan kepada makna, nafsu berarti kecenderungan kepada sesuatu atau dorongan hati yang kuat untuk menuju sesuatu. Kecenderungan kepada sesuatu mencakup baik maupun buruk kembali kepada diri manusia. Selama diri manusia memenuhi nafsu untuk kebaikan dan sesuai syariat maka dalam posisi ini nafsu ibarat kawan dalam perjalanan manusia, namun jika sebaliknya kecondongan nya kepada sesuatu yang bertentangan dengan syariat maka ini tercela ibarat lawan dalam kehidupan manusia.
Jadi, dalam ber-muamalah dengan nafsu, manusia bisa menjadikan nya sebagai kawan dalam ketaatan kepada Ilahi atau menjadi lawan jika itu bertentangan dengan syariat. Manusia pada pilihan nya, menjadi kawan atau lawan itu pilihan, dan setiap pilihan akan diminta pertanggung jawaban.