Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) Nasional ke-9, telah ditutup pada Minggu (13/10) kemarin. Provinsi Jawa Barat berhasil menjadi juara umum pada kegiatan yang digelar di Asrama Haji Sudiang, Makassar sejak 9 Oktober lalu. Sebanyak 13 medali yang berhasil diboyong oleh kontingen Bumi Priangan ini terdiri dari lima piala juara I, empat piala juara II, satu piala juara III, satu piala harapan I dan dua piala juara harapan III. Urutan kedua diraih oleh kontingen Sumatera Barat dan Jawa Timur yang sama-sama memperoleh sembilan medali.
“Untuk para pemenang, jangan sampai lupa diri. Karena kemenangan hakikatnya adalah keadaan terbaik yang harus disyukuri, semoga keberhasilan yang diraih menjadi penajam kualitas pendidikan agama Islam di sekolah,”ujar Direktur Pendidikan Agama Islam Rohmat Mulyana, saat menutup Pentas PAI ke-9, Minggu (13/10).
Rohmat mengungkapkan semua mata lomba pada Pentas PAI merupakan aktualisasi tumbuh kembang minat dan bakat siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai agama Islam. “Kita berharap acara seperti ini menjadi tradisi kegiatan keagamaan peserta didik yang relevan dan kontekstual. Sehingga para siswa mampu memaksimalkan bakat yang dimiliki,” kata Rohmat.
Dalam Pentas PAI 2019 ada 10 cabang yang dilombakan. Lomba tersebut meliputi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), pidato, Musabaqoh Hifdzil Quran (MHQ), Cerdas Cermat, Kaligrafi, Nasyid, Debat PAI, Kreasi Busana, Penulisan Cerita Remaja Islami, dan Lomba Karya Ilmiah Remaja. Semua lomba diikuti oleh jenjang SD, SMP dan SMA/SMK.
Sementara Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan Anwar Abu Bakar yang tuurt hadir dalam penutupan Pentas PAI mengatakan tantangan generasi milenial saat ini sangat besar, sebab zaman yang dihadapi semakin berkembang di tengah era teknologi.
Sementara Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan Anwar Abu Bakar yang tuurt hadir dalam penutupan Pentas PAI mengatakan tantangan generasi milenial saat ini sangat besar, sebab zaman yang dihadapi semakin berkembang di tengah era teknologi.
Akan tetapi, lanjut Anwar, dengan perkembangan yang ada harus disikapi dengan positif, jangan sampai melunturkan nilai-nilai akhlakul karimah dan nilai-nilai karakter busaya bangsa. “Anak anak milenial harus memiliki karakter kuat, harus memiliki karakter akhlakul karimah. Selain itu, kearifan jaman dulu harus yang dimiliki bangsa ini, diangkat kembali dan jangan sampe hilang,” pungkasnya.