Kementerian Agama akan kembali membuka seleksi calon mahasiswa S1 untuk kuliah di Timur Tengah. Ada tiga negara tujuan, yaitu: Mesir, Sudan, dan Maroko. Kemenag membuka program beasiswa dan non beasiswa.
Hal ini disampaikan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Arskal Salim saat membuka Rapat Koordinasi Seleksi Calon Mahasiswa S1 Timur Tengah, di Jakarta. Hadir, perwakilan Pusat Bahasa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Organisasi International Alumni Al-Azhar (OIAA).
"Rakor digelar sebagai persiapan untuk memastikan bahwa proses seleksi baik tulis dan wawancara dapat dilaksanakan dengan baik,” jelas Arskal di Jakarta, Selasa (21/01).
"Proses seleksi rencananya akan dilaksanakan pada April 2020," lanjutnya.
Menurut Arskal, ada 160 kuota beasiswa S1 Mesir yang terdistribusi dalam empat jalur, yaitu: Kemenag (20 orang), Kedutaan Mesir (30), PBNU (30), dan Pondok Pesantren Gontor (80). Sementara untuk kuota beasiswa dari Sudan dan Maroko, diperkirakan seperti tahun lalu, masing-masing 20 orang.
Arskal minta seleksi tahun 2020 tetap berbasis komputer dengan lokal koneksi. Jadwal pelaksanaan seleksi tidak serentak, tapi dengan waktu berbeda antar satuan kerja penyelenggara. Hal ini untuk memberikan kemudahan kepada peserta dalam memilih beberapa alternatif pilihan lokasi.
“Kita harus menggali seluruh potensi yang kita miliki untuk menghasilkan hasil seleksi yang berkualitas yang akan membanggakan di masa yang akan datang,” terangnya.
Selain tes tulis berbasis komputer, dilakukan juga proses wawancara. Arskal berharap wawancara dapat menggaki dan memastikan calon mahasiswa baru ke Timur Tengah ini terbebas dari ekstrimisme yang menentang ideologi negara. "Komitmen kebangsaan harus menjadi bagian terpenting dalam proses seleksi ini sehingga para mahasiswa yang kembali ke Indonesia tetap menjadi penjaga ajaran Islam yang moderat," tuturnya.
Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama M. Adib Abdushomad menyampaikan bahwa seleksi ini bertujuan untuk menyaring lulusan Madrasah Aliyah/Pondok Pesantren atau sekolah potensial untuk mengikuti studi ke negara Timur Tengah. Tujuan lainnya, mempersiapkan generasi terbaik dalam bidang ilmu keislaman dan Bahasa Arab dalam rangka melahirkan calon ilmuwan yang mumpuni dan memiliki kapasitas keilmuan yang memadai.
“Untuk model seleksi tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Waktu pelaksanaan tidak dilakukan secara bersamaan namun akan dilakukan dengan waktu dan soal yang berbeda di masing-masing lokasi. Untuk detail jadual akan kita umumkan pasca disepakati bersama-sama,” jelas Adib.