Jilbab corona belakangan marak ditawarkan oleh pedagang daring. Dijuluki demikian lantaran jilbabnya populer di masa semua orang diwajibkan memakai masker kain untuk mencegah penyebaran dan penularan virus corona tipe baru di Indonesia.
Hijabers pun berbondong-bondong membeli jilbab corona. Padahal, sebenarnya, yang dimaksud jilbab corona tak lain ialah jilbab niqab instan.
"Permintaan meningkat untuk jilbab model ini, bahkan pembeli baru pun juga banyak, selain dari yang sudah menjadi langganan,” ujar produsen jilbab niqab instan, Rifki Rabbi Radliya.
Menurut Rifki, jilbab niqab instan ini sejatinya sudah ada sejak lama. Hanya saja, sejak wabah penyakit akibat infeksi virus corona, Covid-19, dinyatakan masuk ke Indonesia dan masyarakat diwajibkan memakai masker, jilbab ini mengalami sedikit modifikasi.
"Jadi ada tambahan atau cadar yang sudah dijahit sepaket dengan jilbab. Cadar yang sebelumnya dijual terpisah kini jadi satu dengan jilbabnya," ungkap Rifki.
Menurut Rifki, jilbab instan semakin banyak diproduksi semenjak meluasnya penyebaran Covid-19. Cadar pada jilbab corona menjadi alternatif pengganti masker bedah yang sekarang susah dicari dan menjadi "masker" bagi hijaber.
Secara umum, Rifki mendapati penjualan jilbab sepanjang wabah corona ini sangat menurun jauh. Biasanya, menjelang puasa seperti ini, pasar sedang ramai-ramainya. Tetapi, akibat dari wabah corona ini, hanya jilbab corona saja yang laku di pasaran.
“Sebelumnya kami belum pernah produksi kerudung seperti itu. Jadi kalau lagi gini ya alhamdulilah saja bisa memghabiskan stok kain yang harusnya bisa habis tiap pekan,” ujar Rifki.
Jilbab niqab instan produksi pabrik Rifki hanya dibuat di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat saja. Biasanya, produknya dikirim ke pusat toko yang hanya ada di Thamrin City, Jakarta, dan Pasar Tegal Gubug, Cirebon, Jawa Barat.
Wabah ini juga sangat berpengaruh bagi pengusaha jilbab lainnya di Cicalengka dalam jumlah penjualannya. Mereka juga mengalami hal yang sama, hanya terbantu dari jilbab corona saja.
Jilbab niqab instan yang sudah diproduksi mencapai sekitar 20-30 kodi, dikarenakan keterbatasan pekerja dan pengerjaannya lumayan rumit juga. Sistem pengirimannya juga untuk sementara ini dipaketkan lewat ekspedisi sesuai permintaan pelanggan.
Sementara itu, salah satu penjual jilbab niqab instan, Fenti Sumanti mengungkapkan, penjualan jilbab model ini memang meningkat. “Saya selama ini jual di Pasar Tanah Abang, Pasar Tasik Cideng, dan juga lewat online,” katanya.
Namun, karena sedang ada wabah penyakit, Fenti sudah menutup lapaknya sejak pekan lalu dan hanya menjual jilbab jenis ini melalui online di akun Instagram miliknya @Yulianhijab. Sejauh ini, jilbab yang sudah laku terjual mencapai sekitar 600 lembar.
Salah satu pembeli jilbab corona, Nurhazar mengaku nyaman menggunakan jilbab yang viral tersebut. Sejak ramai di media sosial, ia pun segera ke pasar dekat rumahnya untuk mencari jilbab model ini. Selain mudah dipakai, ia juga menjadikannya sebagai pengganti masker sebab sulit didapat.
“Saya beli dengan harga Rp 80 ribu. Saya lihat ibu saya pakai model jilbab ini, lalu lihat di medsos, jadi saya tanya ibu saya beli dimana. Akhirnya saya ikut membeli,” katanya.
Menggunakan jilbab corona sebagai pengganti masker, Nurhazar menyelipkan dua lembar tisu di bagian "masker" atau cadar kerudung itu. Sesudah pemakaian, ia langsung mencucinya.
Nurhazar membeli tiga lembar jilbab corona untuk dipakai bergantian. Ia mengaku tetangganya pun sudah ramai memperbincangkan jilbab corona tersebut.