Ùˆ صØبه أجمعين
Sungguh beruntung, sejak duduk di bangku awal kuliah, penulis mendapatkan kesempatan terlibat dalam penyelenggaraan madrasah. Mulai dari menjadi guru honorer, wakil kepala madrasah hingga kepala madrasah. Alhamdulillah kesempatan ini dimulai di sebuah madrasah kecil yang dirintis hanya dengan modal semangat dan optimisme. Dengan modal nekat dan keyakinan kuat bahwa semua yang kita impikan bisa dicapai.
Dengan bertahap dan terus belajar dari waktu kita akan mendapatkan pengalaman untuk membuat perubahan yang lebih baik sesuai yang diinginkan. Salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang cepat tentang pengelolaan madrasah adalah dengan cara belajar kepada orang-orang yang terbukti telah sukses mengelola pendidikan. Akhirnya dengan informasi banyak pihak, penulis mendapatkan nama-nama dan tokoh pendidikan yang dinilai berhasil dan dapat ditiru cara dan strateginya untuk memajukan pendidikan. Pada bagian pertama ini, penulis akan mengenalkan tokoh pendidikan, Inspirator Madrasah yang telah berhasil mengembangkan madrasah di jalan Bandung Kota Malang yaitu H. Abdul Djalil.
H. Abdul Djalil al-Zuhri, masih tampak jelas wajah sederhananya, masih teringat kata-kata hikmah yang disampaikannya, dan sampai hari ini kita semua merasakan jasa karyanya. Di pertengahan tahun 2000, penulis sebagai konsultan manajemen Development Madrasah Aliyah Project (DMAP) program Islamic Development Bank (IDB) mengajak sejumlah kepala Madrasah Aliyah, pengawas, dan Kabid Madrasah berkunjung ke MIN Malang yang dipimpinnya. Kunjungan ini dimaksudkan menambah wawasan para kepala madrasah, terutama bagi mereka yang lembaganya menjadi sasaran program IDB agar sukses seperti proyek sebelumnya di MAN IC Serpong dan Gorontalo.
Dalam kesempatan itu, Abdul Djalil bercerita saat pertama kali diberi amanah memimpin MIN Malang. Kondisi lembaga tersebut sangat memprihatinkan, apalagi jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah di sekitarnya. Setiap hari, di depan MIN Malang yang parkir kebanyakan sepeda ontel tua dan becak. Mayoritas muridnya adalah mereka yang tidak diterima di sekolah. Secara umum, mereka berasal dari golongan keluarga ekonomi menengah ke bawah. Sementara lahan parkir sekolah di sekitarnya, dipenuhi motor dan mobil karena berlatar belakang sosial masyarakat menengah ke atas.
Menurut penulis, Abdul Djalil adalah sosok sang pemimpi. Ternyata menangani persoalan yang sama, hasilnya akan berbeda bila dihadapi oleh sang pemimpi. Sebab, membaca realitas, seorang pemimpi akan melihat potensi dan nilai strategisnya. Dari situ, dia bekerja keras hingga menghasilkan karya dan ujungnya mendapat penghargaan (reward) publik.
Bukti Abdul Djalil sebagai sang pemimpi adalah ketika dia mampu merumuskan visi lembaga yang fantastis ekspektasinya tetapi mudah dipahami dan diukur keberhasilannya. Tidak seperti lembaga pendidikan lainnya yang biasanya merumuskan dengan kalimat-kalimat metamorfosis, melangit, dan banyak yang ragu dan bingung mengukurnya.
Sesuai dengan sosoknya yang sederhana, disajikan formulasi visi yang mengagetkan dan tidak biasa. Waktu itu dia menuliskan visinya "Lima Tahun Yang Akan Datang, Kendaraan Motor dan Mobil Yang Parkir di Sekolah-Sekolah Sekitar MIN Malang Pindah ke Halaman Parkir MIN Malang". Ketika ditanya kenapa menggunakan kalimat-kalimat yang tidak biasa digunakan seperti lembaga pada umumnya, beliau menjawab santai, dengan kalimat tersebut setiap orang dengan mudah mengukur ketercapaiannya.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, apa yang diimpikan betul-betul menjadi kenyataan. MIN Malang berkembang sangat pesat. Motor dan mobil pelbagai merk memenuhi halaman. Setiap tahun kesempatan untuk bisa sekolah di madrasah ini terus menjadi rebutan. Calon peserta didik dari pelbagi daerah rela meninggalkan kampung halaman karena mengetahui bahwa madrasah yang ada di jalan Bandung Kota Malang ini telah membuktikan prestasi yang membanggakan.
Buah dari kerja kerasnya, menjadikan MIN Malang sebagai lembaga pendidikan unggulan yang prestasinya tidak hanya di atas madrasah-madrasah pada umumnya, tetapi juga melampaui sekolah-sekolah yang dulu menjadi motif impiannya. Atas keberhasilan ini kita bisa menyaksikan hampir setiap hari ada madrasah dan sekolah yang berkunjung melakukan studi banding untuk belajar dan meniru kiat-kiat keberhasilannya. Bahkan tidak hanya para pengelola lembaga pendidikan yang menjadikan MIN Malang menjadi destinasi studi bandingnya, tetapi para akademisi dan peneliti juga tertarik untuk melakukan riset-riset komparasi dan perumusan kebijakan.
Ada fakta lain yang juga menarik dan menjadi pertanyaan kita semua. Sebagaimana kita ketahui, di lokasi ini ada tiga lembaga pendidikan yakni MIN, MTsN, dan MAN. Uniknya, kehebatan dan ketenaran MIN ini, awalnya tidak berdampak terhadap kualitas MTsN dan MAN yang didekatnya. Karena MIN sudah dianggap mapan dan diprediksi dengan sistem yang sudah dibangun akan terus bisa berkembang, maka Abdul Djalil dipindah untuk menahkodai MTsN. Harapannya, MTsN mampu berkembang seperti MIN. Dan itu menjadi kenyataan, dalam waktu yang tidak terlalu lama, MTsN Malang juga meraih reputasi yang membanggakan.
Berhasil memimpin MIN dan MTsN, Abdul Djalil dipindah sebagai Kepala MAN Malang. Berkat kepemimpinannya, MAN Malang juga berkembang pesat. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, MAN berubah menjadi madrasah idola. Banyak tokoh dan pejabat memilih mempercayakan pendidikan anaknya di lembaga ini. Jihad pendidikan Abdul Djalil ini akhirnya menjadikan kawasan ini menjadi kawasan madrasah terpadu dengan performance dan prestasi akademik tidak hanya bertaraf nasional tapi juga internasional.
Dari kisah ini, kita bisa melihat bahwa pengaruh sosok di balik peristiwa atau istilah yang sering kita dengar "Man Behind the Gun" sangat penting. Perangkat yang sama, obyek yang sama, dan bahkan dukungan yang sama akan tetap berbeda hasilnya bila ditangani oleh sosok yang berbeda. Inilah pelajaran yang bisa kita petik dari perjalanan madarasah terpadu MIN, MTsN, MAN-3 (saat ini menjadi MAN-2) Malang. Ketika ditanya resepnya, Abdul Djalil menjawab, resepnya gampang "berfikir terus dan mau repot".
Penulis melihat sosok Abdul Djalil sebagai warga MUhammadiNU, Muhammadiyah dan NU. Menurutnya, lembaga pendidikan Muhammadiyah dan NU masing-masing punya kelebihan. Karenanya, dia pernah mengutarakan cita-citanya untuk mendirikan lembaga pendidikan yang memadukan kelebihan kedua lembaga tersebut setelah pensiun.
Apa yang dicitakan, kini sudah terwujud. Di Kota Malang, hampir semua kenal dengan lembaga pendidikan Surya Buana. Itulah wujud impian Abdul Djalil. Surya adalah Matahari yang merupakan lambang Muhammadiyah dan Buana adalah bumi atau jagat yang merupakan lambang NU. Surya Buana adalah impian masa depan untuk menggabungkan dua kekuatan besar.
Komitmen dan pengorbanan Abdul Djalil dalam memajukan pendidikan sungguh-sungguh telah dibuktikan. Bahkan, menurut salah satu sumber yang dapat dipercaya, Abdul Djalil wafat setelah memimpin rapat untuk merumuskan kemajuan pendidikan lembaga yang digagasnya. Selamat Jalan Bapak Inspirator Madrasah, Semoga khusnul khotimah dan keteladanan perjuangannya menginspirasi kita semua yang juga bermimpi menjadikan Madrasah Hebat Bermatabat.
Terimakasih atas kunjungannya, untuk dapatkan pemberitahuan langsung di facebook silakan klik suka pada halaman kami HANAPI BANI
Penulis : Imam Safe'i