بسم الله Ùˆ الØمد لله
اللهم صلى على سيدنا Ù…Øمد Ùˆ على أله
Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN 2) Malang kembali meraih prestasi tingkat Internasional. Adalah Rafa Nanda Akilah, siswa kelas XII ini meraih medali perak Global e-Competition on Astronomy and Astrophysics (GeCAA).
GeCAA berlangsung dari 25 September 2020 sampai 12 Oktober 2020 secara daring. Kompetisi ini merupakan pengganti dari IOAA (International Astronomy an Astrophysics) atau ajang tahunan kompetisi internasional bidang astronomi dan astrofisika. Karena pandemi covid-19, lomba ini dilaksanakan secara daring dan nama kompetisinya diganti menjadi GeCAA. Kompetisi ini juga diikuti peserta dari berbagai negara di dunia.
“Alhamdulillah, satu lagi prestasi diukir siswa MAN 2 Kota Malang. Rafa meraih medali perak GeCAA yang merupakan kompetisi tingkat internasional,” terang Kepala MAN 2 Malang Binti Maqsudah di Malang, Senin (26/07).
Menurutnya, perjuangan Rafa untuk mengharumkan nama Indonesia tidak mudah. Dia harus merelakan waktu bermain dengan teman sebayanya. Tak jarang juga, Rafa harus merelakan waktu belajar di kelas untuk mempelajari materi olimpiade astronomi. Rafa sendiri mulai belajar astronomi sejak duduk dibangku kelas 10.
“Sebelum mencapai penghargaan tertinggi ini, Rafa harus melewati seleksi sejak level Olimpiade Sains Kota atau OSK Kota Malang dan Olimpiade Sains Provinsi atau OSP tingkat Provinsi Jawa Timur,” tutur Binti Maqsudah.
“Saingannya di OSK dan OSP tidak main-main, seluruh sekolah di Jawa Timur ikut berpartisipasi dalam ajang ini. Bahkan pesertanya ada yang sudah duduk di bangku kelas 11 dan pastinya juga lebih berpengalaman,” sambungnya.
Lulus seleksi di OSK dan OSP, Rafa mewakili MAN 2 Kota Malang dan Provinsi Jawa Timur, ikut dalam pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2019 di Manado. “Syukur Alhamdulillah, Rafa berhasil membawa pulang medali perak untuk MAN 2 Kota Malang beserta siswa lainnya,” terang Binti Maqsudah.
Prestasi ini tidak otomatis membawa Rafa menjadi bagian dari tim nasional untuk GeCAA 2020. Menurut Rafa, dia masih harus berjuang melalui dua tahapan seleksi. Pertama, 30 besar pemenang OSN dipanggil mengikuti pelatnas tahap 1 di Bandung, selama dua minggu. Setiap hari, Rafa harus berkutat mengerjakan soal dari para dosen Astronomi ITB dan alumni peraih medali internasional sebelumnya.
“Atmosfer pelatnas sangat kompetitif. Para peserta pelatnas saling berlomba-lomba agar mampu mewakili Indonesia di ajang internasional,” kenangnya.
“Alhamdulillah saya akhirnya mampu membuktikan pantas untuk dipanggil kembali di pelatnas tahap dua,” lanjutnya.
Pelatnas tahap kedua diikuti 12 peserta terpilih pada pelatnas tahap pertama, ditambah dua peraih medali IOAA 2019 yang masih memenuhi syarat ikut ajang internasional ini. Sehingga, total siswa yang mengikuti pelatnas tahap 2 adalah 14 siswa. Ke-14 siswa ini akhirnya ditetapkan sebagai timnas untuk mewakili Indonesia pada kompetisi GeCAA.
Tim Nasional Indonesia dibagi menjadi dua bagian untuk ikut dalam kompetisi individu dan kompetisi kelompok. Rafa masuk dalam kompetisi individu. Sebelum berkompetesi, ke-14 siswa yang ditetapkan sebagai timnas Indonesia mengikuti pelatihan tahap akhir sebagai pematangan materi. Pelatihan ini berlangsung sejak awal September hingga waktu perlombaan di rumah masing-masing.
Pelaksanaan Kompetisi ini dilaksanakan pertama kali secara daring. Kompetisi ini diselenggarakan oleh dewan internasional IOAA dengan dukunagn Komite Olmpiade Astronomi Estonia. Pelaksanaan teknis GeCAA dibuat sedekat mungkin dengan pelaksanaan IOAA secara fisik, yaitu: terdiri dari babak teori, analisa data, dan observasi.
Secara keseluruhan Timnas indonesia mendapatkan 10 penghargan, yaitu: 3 medali perak, 6 medali perunggu, dan 1 Honorable Mention. Dua medali perak lainnya diraih siswa SMA Kharisma Bangsa dan SMA Kristen 5 Penabur.
Terimakasih atas kunjungannya, untuk dapatkan pemberitahuan langsung mengenai artikel terbaru di facebook silakan klik suka pada halaman kami HANAPI BANI