بسم الله Ùˆ الØمد لله
اللهم صلى على سيدنا Ù…Øمد Ùˆ على أله
Beberapa masyarakat tradisional Banjar ada yang turun temurun mempunyai kepercayaan maharagu/bagaduhan Buaya Kuning. Maharagu artinya memelihara.
Adat ini kebanyakan masih dilestarikan di sepanjang Sungai Tabalong oleh masyarakat Kalua atau Amuntai. Bagi sebagian orang percaya bahwa Buaya Kuning adalah jelmaan para datu yang telah hidup sejak zaman Putri Junjung Buih. Ada juga yang mendapatkan Buaya Kuning melalui kembaran saat lahir.
Buaya kuning atau buaya panjadian ini bukan buaya yang bersifat boilogis. Melainkaan buaya mistis atau supranatural atau Gaib hal ini dibuktikan karena menurut cerita warga setempat buaya ini kasat mata namun terkadang menampakan diri dan di beri makan setahun sekali dan diadakan ritual oleh sang majikan.
Sudah aturannya apabila memelihara maka harus memberi makan. Buaya Kuning diberi makan dengan cara siapkan minimal sasikat pisang (mauli), intalu ayam masak (telur ayam matang) dan lakatan (ketan). Boleh ditambah wadai apam, cucur, kembang dan roko (rokok).
Sesudah itu, bacakan doa salamat, lalu bawa ke sungai, terus labuh makanan tersebut dengan tangan tenggelam sebatas siku secara perlahan. Hendaknya saat melabuh dilakukan pada senja hari menjelang magrib Kamis sore malam Jum'at.
Apabila dalam setahun keluarga yang memelihara tidak memberikan makan maka ruh Buaya Kuning akan datang dan menyebabkan salah satu keturunan sakit keras atau kesurupan betingkah seperti buaya merayap.
Catatan : Informasi ini hanya sebagai pengetahuan tentang budaya, kepercayaan tradisional dan kearifan lokal daerah. Jangan dihubungkan dengan Agama karena ini hanya untuk pengetahuan agar kekayaan khazanah budaya tetap terjaga.
Terimakasih atas kunjungannya, untuk dapatkan pemberitahuan langsung mengenai artikel terbaru di facebook silakan klik suka pada halaman kami HANAPI BANI