بسم الله Ùˆ الØمد لله
اللهم صلى على سيدنا Ù…Øمد Ùˆ على أله
Ùˆ صØبه أجمعين
Berdasarkan jurnal arkeologi tim peneliti Balai
Arkeologi Banjarmasin dan Museum Geologi Bandung, di daerah aliran Sungai Karinyau Kuala Kapuas pernah berdiri sebuah kota yang dikelilingi sebuah benteng tinggi, lengkap dengan bangunan pemukiman, perahu serta handil untuk pertanian di dalam wilayahnya. Kota ini disebut Kuta/Kotta Bataguh. Dalam cerita turun temurun, salah satu penguasa Kuta Bataguh bernama Nyai Undang.
Kuta Bataguh atau ada juga yang menyebut sebagai Pematang Sawang adalah pemukiman orang Ngaju. Pagar yang dibuat tinggi ditambah kanal sekelilingnya diyakini sebagai bentuk pertahanan terhadap praktik pengayauan atau pemburu kepala oleh pihak suku yang bersaing. Keberadaan Kuta Bataguh diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 Masehi.
Dari penelitian diketahui Kuta Bataguh memiliki pagar keliling sepanjang 3 km, di dalamnya masih terdapat tiang-tiang ulin bekas pemukiman. Penggalian yang dilakukan di sekitar wilayah ini menemukan berbagai bentuk gerabah, potongan kayu ulin, arang dan tulang, keramik serta manik-manik. Sekitar tahun 1987, masyarakat melakukan penggalian sendiri dan banyak mengambil benda-benda berharga bekas peninggalan Kuta Bataguh.
Keberadaan Kuta Bataguh yang memiliki pola hunian dan sistem keamanan yang maju menunjukkan tempat ini bukan lagi sebuah kelompok kecil tetapi sudah mengarah ke early state atau negara muda. Belum diketahui bagaimana Kuta Bataguh bisa menghilang dari peradaban di tengah hutan Kalimantan.
Terimakasih atas kunjungannya, untuk dapatkan pemberitahuan langsung mengenai artikel terbaru di facebook silakan klik suka pada halaman kami HANAPI BANI
Ùˆ صØبه أجمعين