السلام عليكم Ùˆ رØمة الله Ùˆ بركاته
بسم الله Ùˆ الØمد لله
اللهم صل Ùˆ سلم على سيدنا Ù…Øمد Ùˆ على أله
Ùˆ صØبه أجمعين
Salam Sahabat Hanapi Bani.
💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥
بسم الله Ùˆ الØمد لله
اللهم صل Ùˆ سلم على سيدنا Ù…Øمد Ùˆ على أله
Ùˆ صØبه أجمعين
Salam Sahabat Hanapi Bani.
Pendidikan di Indonesia kini berada pada persimpangan yang menentukan. Perubahan besar yang dipicu oleh disrupsi digital menghadirkan peluang besar sekaligus tantangan kompleks. Di satu sisi, teknologi telah membuka akses luas ke berbagai sumber belajar. Namun, di sisi lain, ia sering kali mengaburkan makna sejati dari proses pendidikan itu sendiri.
Peran guru menjadi semakin sentral dalam menghadapi perubahan ini, terutama dalam upaya mengembalikan esensi belajar yang hakiki. Jean Baudrillard (1994), melalui konsep hiperrealitasnya, menjelaskan bagaimana realitas sering digantikan oleh simulasi. Dalam dunia pendidikan, ini tercermin dari bagaimana siswa sering kali terjebak dalam ilusi pembelajaran yang diciptakan oleh teknologi. Platform digital memang menjanjikan pengalaman belajar yang efisien, tetapi substansi mendalam sering kali hilang. Siswa tampak aktif, tetapi sebenarnya hanya berinteraksi secara dangkal dengan dunia maya, tanpa memahami konteksnya secara mendalam.
Neil Postman dalam The End of Education (1995) juga memberikan peringatan tajam: pendidikan yang kehilangan makna sejatinya hanya akan menjadi proses mekanistik yang efisien secara teknis, tetapi hampa secara moral dan intelektual. Ketika pendidikan hanya berorientasi pada tuntutan pasar atau penguasaan keterampilan teknis, misi utamanya—membentuk manusia yang utuh—menjadi terabaikan.
Guru Sebagai Garda Terdepan
Di tengah tantangan ini, guru berada di garis depan perjuangan. Teknologi memang membawa cara baru dalam pembelajaran, tetapi ia juga memaksa guru untuk terus beradaptasi. Sayangnya, tidak semua guru siap menghadapi perubahan ini. Sebagian besar masih bertahan pada metode konvensional yang mulai kehilangan relevansi, sementara sebagian lainnya mencoba mengadopsi teknologi tanpa memahami esensinya. Akibatnya, siswa semakin jauh dari makna pendidikan yang sebenarnya.
Kurikulum yang menekankan literasi digital, coding, dan keterampilan teknis memang penting. Namun, apakah itu cukup? Ketika siswa hanya diarahkan untuk menguasai teknologi tanpa bimbingan nilai yang membentuk karakter, proses belajar berpotensi kehilangan arah. Pendidikan kemudian menjadi sekadar sarana untuk memproduksi tenaga kerja, bukan medium untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam.
Esensi Belajar: Mengapa Penting?
Belajar sejati bukan sekadar menguasai materi atau teknologi. Ia adalah proses membentuk manusia yang mampu berpikir kritis, memiliki kesadaran moral, dan memahami dunia secara holistik. James A. Banks (2019) melalui konsep pendidikan multikultural mengingatkan bahwa pendidikan bermakna harus mampu memperluas wawasan siswa. Mereka perlu memahami dunia dari berbagai perspektif budaya, sejarah, dan pengalaman sehingga tidak terjebak dalam realitas sempit yang sering kali dibentuk oleh media digital.
Mengembalikan makna belajar berarti menghubungkan apa yang dipelajari siswa dengan realitas kehidupan. Pendidikan harus menjadi jalan bagi siswa untuk menemukan jati diri, bukan sekadar memenuhi tuntutan nilai akademik atau keahlian teknis. Di dunia yang semakin kompleks ini, kemampuan untuk menyaring informasi, memahami esensinya, dan menemukan relevansi yang lebih dalam menjadi sangat penting.
Guru Sebagai Penjaga Makna
Di tengah derasnya simulasi digital, peran guru sebagai penjaga makna menjadi sangat signifikan. Teknologi, sehebat apa pun potensinya, hanyalah alat. Tanpa bimbingan manusia, teknologi akan menjadi dingin dan mekanis. Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai teknologi, tetapi juga untuk memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai pendukung pembelajaran yang bermakna.
Mengembalikan makna belajar membutuhkan keberanian dari guru untuk melampaui pengajaran keterampilan teknis. Guru perlu mengintegrasikan nilai-nilai luhur seperti keadilan, kemanusiaan, dan keberagaman budaya ke dalam proses pembelajaran. Pendidikan multikultural, dalam hal ini, bisa menjadi pendekatan yang relevan. Dengan menyertakan berbagai perspektif, guru dapat membantu siswa memahami bahwa belajar bukan hanya tentang memproses informasi, tetapi juga tentang menemukan diri sendiri dalam konteks yang lebih luas.
Hari Guru Nasional: Momentum Refleksi
Hari Guru Nasional tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga momen refleksi mendalam. Guru perlu bertanya pada diri sendiri: apakah pendidikan yang mereka berikan membantu siswa menemukan makna belajar? Apakah teknologi dan metode yang digunakan hanya menjadi sarana, atau malah berakhir menjadi tujuan yang membingungkan?
Mengembalikan makna belajar memang tantangan besar, tetapi bukan hal yang mustahil. Dengan pendekatan pendidikan yang lebih kritis, reflektif, dan humanistik, kita dapat mencetak generasi yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga memiliki kesadaran mendalam tentang makna hidup. Guru adalah kunci dari proses ini.
Melalui bimbingan yang tepat, guru dapat membantu siswa melampaui dunia simulasi, menemukan pemahaman yang lebih dalam, serta mempersiapkan mereka menghadapi masa depan dengan keberanian, kebijaksanaan, dan hati yang terbuka. Pendidikan sejati tidak hanya membekali siswa untuk hidup, tetapi juga membantu mereka memahami mengapa hidup itu penting.
Cek Alquran Per Juz Tajwid Terjemahan Per Kata Ukuran A5 Syaamil Quran dengan harga Rp129.000. Dapatkan di Shopee sekarang! https://s.shopee.co.id/5fXjBsSnM8?share_channel_code=1
Memberi manfa'at baik di dunia maupun di akhirat.
Menjadi asbab keridhaan Allaah kepada kami.
Untuk mendapatkan pemberitahuan langsung mengenai artikel terbaru di facebook dari website ini silakan klik suka pada halaman kami HANAPI BANI
atau gabung Group kami;
Youtube ;(Klik DISINI)
Instagram ; (Klik DISINI)
Telegram ; (Klik DISINI)
Bip ; (Klik DISINI)
Halaman FB (Klik DISINI)
WA 1 ; (Klik DISINI)
WA 2 ; (Klik DISINI)
WA 3 ; (Klik DISINI)
WA 4 ; (Klik DISINI)
WA 5 ; (Klik DISINI)
WA 6 ; (Klik DISINI)
WA 7 ; (Klik DISINI)
WA 8 ; (Klik DISINI)
WA 9 ; (Klik DISINI)
WA 10 ; (Klik DISINI)
WA 11 ; (Klik DISINI)
WA 12 ; (Klik DISINI)
WA 13 ; (Klik DISINI)
WA 14 ; (Klik DISINI)
WA 15 ; (Klik DISINI)
WA 16 ; (Klik DISINI)
Komunitas WA #1 ;(Klik DISINI)
Komunitas WA #2 ;(Klik DISINI)
Saluran WA tanpa Batas ; (Klik DISINI)